Pesan berbunyi “Santa adalah Setan” yang
ditempel pada awal bulan ini dan bertujuan untuk merespon budaya
ketertarikan pada Santa Klaus (Sinterklas) itu telah menimbulkan
kontroversi di tingkat lokal dan nasional.
hidayatullah.com |
Edward Carothers, seorang pastor kepada The Christian Post mengatakan bahwa keputusan untuk menempel pesan itu datang dari para jemaatnya.
“Gereja kami memutuskan untuk menempel pesan itu setelah dibebani oleh tuhan palsu yang mengambil alih Natal,” kata Carothers.
“Kami sebagai orang yang beriman yang
terlahir kembali menurut tradisi memperingati 25 Desember untuk
merayakan kelahiran Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Selama
beberapa tahun ini saya melihat semakin berkurang adegan-adegan
kelahiran Tuhan tapi sebaliknya justru lebih banyak tentang Santa.”
Carothers juga mengatakan kepada The
Christian Post bahwa ia yakin bahwa ketertarikan warga Amerika kepada
Santa Klaus adalah sama saja dengan penyembahan kepada berhala.
“Tampaknya dari distrik-distrik dan
kota-kota di AS mengklaim pemisahan antara gereja dan negara tidak
memiliki masalah sama sekali dengan Santa, tetapi itu memiliki masalah
besar dengan Yesus – itulah alasan memperingati Natal tahun ini,” lanjut
Carothers.
Carothers mengutip sebuah karya James L.
Melton yang terbit tahun 1996 berjudul “Santa Klaus dan Justifikasi
Setan”, yang menyatakan bahwa, dengan memiliki beberapa karakteristik
yang mirip dengan Yesus Kristus, Santa sedang dibuat oleh budaya sekuler
sebagai tuhan untuk disembah.
“Kawan, jangan memuliakan setan dengan
memberikan kemuliaan dan atribut milik Yesus Kristus kepada Santa Klaus!
Santa adalah Tuhan Palsu,” tulis Melton.
“… Anda memuliakan setan ketika Anda
mengajari anak-anak Anda untuk percaya pada Santa! Orang-orang Kristen
harus mengajari anak-anak mereka kebenaran. Kita harus memuliakan Tuhan
dengan mengajari anak-anak kita tentang Yesus Kristus dan sifat-sifat
baik-Nya!”
Menurut media lokal, banyak penduduk Harlem yang meragukan pesan singkat yang disampaikan gereja itu.
“Itu benar-benar konyol dan ide gila,” kata Drew Pate, warga Harlem kepada WRDW News Channel 12.
Carrel Davis, direktur organisasi
kepemudaan yang lokasinya berdekatan dengan Harlem United Methodist
Church, kepada Margaret-Ann Carter dari WJBF mengatakan bahwa pesan itu
menciptakan “penghalang.”
“Saya tidak tahu gereja itu, tetapi sejauh
yang saya tahu gereja itu memasang sebuah pesan yang menurut saya itu
cenderung membuat penghalang yang besar antara gereja dan masyarakat,”
kata Davis.
“Anda tidak akan menem ukan di dalam Bibel
bahwa mempercayai Santa Klaus itu berdosa. Saya pikir itu tidak
membahayakan anak-anak. Beritahu anak-anak tentang apa yang Santa
lakukan, dia seorang pemberi.”
Dalam komentarnya kepada The Christian Post, Pastor Carothers mengatakan bahwa secara umum umpan balik terhadap pesan itu “40 persen positif.”
“Saya rasa orang-orang Kristen harus
mendukung iman! Bahwa kita harus mempertahankan pesan dari kelahiran
Kristus! Kristus adalah karunia Tuhan bagi umat manusia,” kata
Carothers.
“Orang-orang Kristen dari tahun ke tahun
diusir oleh dunia, daging, dan iblis … Gereja Tuhan yang hidup itu
diberdayakan! Sekarang tampaknya mundur ke jamban. Sementara dosa
merajalela, gereja duduk dengan tenang dan berharap bisa pergi tanpa
diketahui.”
Nah lucunya, ketika pihak gereja menolak baju Santa, kaum Muslim justru ikut-ikutan menggunakannya.